Thursday 14 February 2013

Please do I love you

Februari, tiba2 semua hal serasa penuh dengan cinta-cintaan. hmm.. budaya barat (baca: Valentine) ternyata memang sudah menancap kuat di sekeliling kita, tak bisa kita pungkiri. Coba deh, di bulan ini, acara yang bertema cinta pasti peminatnya tak kalah banyak dgn peminat pembagian sembako gratis. Padahal aku yakin tidak semua dari mereka benar2 tahu apa itu cinta. tsaaah kaya aku tahu aja xD


Cinta.. aku membayangkan, sepasang kakek nenek berjalan menyusuri suatu taman. Sang kakek berjalan agak terseok, namun dengan arah yang mantap, karena ia merasakan genggaman nyaman tangan sang nenek yang menggandengnya. Sesekali si kakek mengelus dan menggenggam tangan nenek lebih erat. Rupanya kakek itu buta,  dan si nenek dengan setia mendampinginya, menjadi “mata” si kakek. Ketika ditanya bagaimana perasaan si nenek, sedihkah ia dengan keadaan suaminya itu? Si nenek menjawab,
“nenek bahagia, dengan mata kakek yang tidak bisa melihat, setidaknya kakek slalu memandang nenek dengan hatinya, bukan dengan matanya.”

Siapa berani mengatakan kalau itu bukan cinta? Di setiap langkah mereka ada “I love you” yang tak terucap, ada “I need you” yang tersirat. Sang nenek mencintai dengan hati pula. Ia tak menyesali keadaan mereka.
Gibran bilang, hati seorang wanita serupa dengan padang luas yang telah menjadi saksi bagi sebuah peperangan. Setelah pohon2nya tercabut sampe akar2nya, rumput2nya terbakar hangus, batu2annya menjelma merah segar oleh darah yang membanjir, hatinya tetap saja damai dan sunyi, seakan memang tak pernah terjadi apapun. Hati yang terlihat dalam diri sang nenek.

“Duduklah di dekatku, kekasih, dan dengarkan suara hatiku. Tersenyumlah, karena kebahagiaanmu adalah lambang masa depan kita. Bergembiralah karena hari2 yang gemerlap akan senantiasa bersama kita. Tapi jiwaku mengatakan padaku bahwa hatimu dipenuhi kebimbangan. Padahal keraguan dalam cinta adalah dosa.”

Cinta, seperti bunga, tumbuh dan mekar tanpa bantuan musim. Lalu, bagaimana cintamu, kawan? Datang tiba2? Tumbuh perlahan?

Aku sering mendengar tentang cinta pandangan pertama. Apa kau yakin? Bagaimana bisa mencintai, kalau baru memandang pertama kali, kecuali itu adalah nafsu semata? Dan ingat, ketika nafsu terpuaskan, tak menutup kemungkinan hal berikutnya adalah meninggalkan..

Dan ada kata2 "aku tulus mencintai". Kau juga yakin? Perlukah ketulusan diucapkan lewat kata? Lihatlah sang nenek pada cintanya, itulah ketulusan. Apakah ayah ibu kita mengucapkan pada kita bahwa cinta mereka tulus? Kerutkanlah dahi kita jika ada yang mengatakan mereka tulus mencintai kita, karena itu justru  menunjukkan ketidaktulusan mereka.

Ah..jangan lupakan Tuhan, dan cinta tulus-Nya pada kita, yang justru sering lupa pada-Nya. Kita lebih mencintai milik-Nya daripada Dia sendiri. Mungkin karena orientasi cinta kita masih mementingkan fisik. Kita lebih mencintai yang terlihat cantik, tampan, dibandingkan Tuhan yang tak tampak? Padahal kita mati2an mengelak kalau disebut mengutamakan fisik, biasanya kalimat andalan kita adalah “yang penting hati”. Kalau begitu, lebih cintailah Tuhanmu! Jadilah buta, yang melihat dengan hati..

Beranikah kita? Bisakah kita menjadi “buta”, sehingga memang benar2 hati yang memandang. Salah satu menjadi “mata” bagi yang lain, tak perlu lagi kata cinta yang diucapkan, karena mencintai dengan hati adalah cinta yang tulus itu sendiri.  Sehingga nantinya ketika kita mengenal apa itu cinta, harapan kita bukanlah please say I love you, tapi please do I love you.




No comments: