Friday 15 February 2013

DUARR



Tak bisa kuelakkan lagi, kau mulai menginspirasi dalam puisi2ku.. menjelma menjadi barisan kata dalam setiap curahan perasaan. Aku buka kembali file2 puisi buatanku beberapa hari terakhir, kenapa semuanya tentang kau, aku mendesah.. Begitu tak adilnya, tiap detikku kuhabiskan untuk memimpimu. Padahal saat itu kau hanya datang sambil membawa senyuman, tak lebih, tak pula sepatah kata untukku. Lalu kenapa senyuman itu seolah mengubah semua duniaku?

Kulirik jendela.. hujan masih menggantung di awan. Hmm.. cuaca yang sangat tepat untuk galau, --istilah alay mereka bilang. Lalu kuingat lagi pertemuan kita. Tunggu dulu,, apakah kita pernah bertemu? Astaga.. kau hanya hadir lewat sehelai gambar. Ya, foto yang diperlihatkan padaku oleh kakakmu.

“Fan, ini adikku yang lagi study di Australia, Rita.
cantik kan?” Robby menunjukkan foto yang ia pajang di dompetnya kepadaku suatu hari. Di foto itu terlihat ia dan seorang cewe yang.. yah, kuakui teramat manis. Wajahnya mirip Jessica Alba, si anggota Fantastic Four yang juga idolaku. Sialan, selama ini dia menyembunyikan harta karun dariku.

“Yah, baru bisa dibilang cantik kalo dia mau sama aku..” jawabku.

“Enak aja! Sori nih, tapi aku ga pernah berniat anggota keluargaku ada yang berhubungan dgn sahabat2ku” si Robby membalas. Cukup mencelos hatiku mendengarnya..

“Pelit!” kutoyor kepala sahabatku itu (entah karena dgn mudahnya ia ‘patahkan hatiku’ seperti itu apakah masih bisa kusebut sahabat). Agak heran juga sih kenapa ia majang foto ma adiknya di dompet, tapi saat kutahu jawabannya, kampret juga tuh anak..

“Mumpung adikku cakep, Sob. Biar kalo buka dompet di muka umum dan terlihat, lumayan kan pada ngira aku punya cewe cakep.” Si Robby meringis. Entahlah, si Robby ini ga bisa dibilang jelek, tapi predikat jomblo melekat begitu lama di dirinya. Sama sih, kami berdua sering dibilang “duo jomblo” oleh teman2 kami yang lain. Bedanya, si Robby getol banget nyari pacar, sementara aku.. yah, ga punya pacar aja sering kekurangan (dalam hal dana. hahaha). Kupikir mencari jodoh ga perlu dengan pacaran. Kelak tinggal pasang aja di biro2 jodoh, yang penting biodataku nanti ga boleh lupa ditulisi “menarik, taat beragama, bertanggung jawab, dan mapan”. Hahaha.

Ada ketukan di jendela, hujan rupanya. Namun aku ada janji dengan Robby, janji yang sulit kutolak — ditraktir makan dan maen PS3.  Saat kukenakan jaket, tiba2 mengalun “No one else” di hapeku, dari Robby. Kuangkat,

“Wasap, Bray?”

“Wah, acara kita batal dulu, Sob. Masih ingat adikku yang kuliah di Australia? Doi katanya udah sampe Jakarta, nunggu pesawat ke Jogja siang ini juga. Emang dodol tuh anak, pulang liburan ga ngabar2i dulu.” Suara Robby beradu dengan ketukan hujan yang menderas di jendela. “Aku musti selalu standby kalo tiba2 dia minta jemput nih. Next time yak.”

“Ooo.. si Dita?” aku pura2 ga ingat.

“Rita, Sob.” balas Robby.

“O iya.. Yasudahlah..” agak kecewa, tapi ada nada gembira di ucapanku. Entahlah.. mungkin gara2 langsung terbayang bahwa aku akan bisa bertemu denganmu pertama kali, menjabat tanganmu, dan melihat senyummu yang asli, tak sekedar gambar. Tiba2 muncul kata2 dari mulutku,.. “gimana kalo aku ikut jemput aja, Bray? Itung2 bisa bantuin angkat2 tas gitu.”

“emmm..” si Robby tolol pakai berpikir segala lagi. “Kayanya ga bisa, Sob. You know lah, cewe. Bawaan dia pasti berkoper2. Belum lagi katanya dia bawa pacarnya yang study satu kampus dengannya, mau liburan di Jogja dulu sebelum pulang ke Surabaya. Tahu sendiri kan mobilku mini banget. Hahaha. How? Apa gini aj….”

DUARRR. Guruh tak mau ketinggalan meramaikan hujan. Momen halilintarnya pas banget sih, sial.. pikirku.

“………” aku diam beberapa detik.

“Fan? Irfan? Gimana?” si Robby butuh jawaban dari entah apa yang disarankan tadi —aku ga dengar.

Kututup telpon. Masih sempat kusms Robby “sori,bray.ujan sinyal sering ilang.met jmput aj yow.” sebelum aku ngambruk di kasur..

                                                       ________________

No comments: