Thursday 31 January 2013

Senyum Februari



Pagi hari ini menyapa, dingin.. Hujan semalam masih menyisakan wajahnya. Seseorang yg kutemu dalam mimpi hanya meninggalkan tanya, yg bahkan tak ingin kutahu jawabnya.
Ku terjaga sepenuhnya,, hari ini, Februari t'lah berlari (karena terlalu cepat untuk kusebut berjalan) dan meninggalkanku yg tak sigap menjemput waktu.

Menghirup udara Februari, sering terasa berat di rongga nafas. Bukankah aku harusnya bahagia? Di masa itu, dahulu, setidaknya dua senyum paling tulus tersungging, ketika melihatku menyapa dunia.
Yah, aku memang tak bisa bahagia sepenuhnya, sebab aku takut senyum setulus itu, adakah masih kan bisa kulihat lagi? Kini? Nanti? Apakah aku mampu membuat senyum itu muncul kembali?

Februari ini, salah satu dari senyum yg kudamba itu t’lah sirna,,
Selamat jalan..
Senyumnya kini hanya bisa kupandang lewat sebuah gambar, yang justru membuat air mata menitik, sesekali.

Namun yang aku tahu, pelukan Sang Maha Cinta tentu t’lah membuatmu kini bahagia, Ayah..
Membuatku bisa balas tersenyum, kepada gambarmu.

Untuk satu lagi, ku sangat bersyukur masih bisa melihatnya. Asli, tak sekedar gambar.
Ibu, dengan paras melembut, semua tentang kebaikan, menyatu dalam sungging senyumnya.
Rasa yg tak bernama menyusup dalam detak jantungku. Aku merasa kuat, sekaligus lemah dalam satu waktu, aku bahagia, sekaligus sedih dalam satu rasa.
Tak bisa kucerna, tak mampu kumakna. Apakah ini cacat? Yg membuat hati pincang?
Sejauh mimpiku, satu senyum ini ingin kujaga, hingga terpisah pusara. Doakan aku, Ibu..
Ketika pikirku ke sana, ah.. semua berakhir di pusara. Mungkin lebih baik di sana, tak perlu memikirkan apa-apa. Tak ada gulana. Benarkah?
Lalu kuteringat satu pesan dari sahabat. Kita ada di dunia hanya sekali, walau sekejap harus dijalani. Karena lahir, hidup, pertemuan, perpisahan, adalah anugerah dariNya.

Ya, hidup ini anugerah, tak semestinya kita merasa bersusah hati. Banyak yg harus kita syukuri, salah satunya adalah adanya sahabat. Berawal dari saling tak mengenali, kini senyum pun kita berbagi,, termasuk di Februari (yah, biar pas sama judulnya aja, senyum Februari). Terimakasih atas senyuman yg tulus, membuatku mengerti hidup adalah anugerah.

Februari, akan ke mana mimpiku berlari, menjadikannya berarti..
Langkahku masih terseok, perih untuk menapak ke depan, namun pantang untuk kulangkahkan pulang.
Sekedar berbagi harapan, cita, dan cinta untuk kalian, sahabat,,
Di sini, dengan senyuman,
..aku masih berjuang.. 



 thanks for the cake :)

2 comments:

Tanti said...

So touching. Insya Allah, ayah sudah dapat tempat yang indah di sisi-Nya. Tugas yang masih hidup di sini adalah senantiasa mendoakannya, sebab katanya doa anak yang sholeh itu akan sampai kepada yang didoakan. :)

Syam said...

Aamiin.. jazakallah, ukhti *edisi santri. hehe