Saturday 14 February 2015

Korea, sebuah catatan perjalanan

Musim panas 2014, akhirnya aku menginjak-injak negri ginseng (karena frasa "menjejakkan kaki" sudah terlalu mainstream *halah). Tunggu dulu, kok aku bisa nyampai Korea katamu? padahal gajiku sebulan cuma cukup buat beli indomie sama gorengan katamu? enak aja, ga cuma indomie sama gorengan, tapi juga es teh kale.. Ya gitu, sobat. Kalo yang lain ke Korea untuk liburan, nonton konser atau ketemu artis keipop, sekolah, dll.. maka diriku ke Korea dalam rangka berpartisipasi di Asian Games Incheon.. *jangan percaya!
Ga, intinya, orang lain ke Korea tu pengen buang2 duit mereka, kalau aku untuk mencari duit.. ya nyari duit yang mereka buang2 itu. hahaha. Istilah kerennya, mencari sesuap berlian :v
Awal kuinjak negara ini, kesan pertama adalah "wah, ada daratan selain Indonesia yang dihuni manusia ya" (maklum, baru sekali ke luar negri. hoho -malu-).

-welcome to Korea, Incheon international airport..masih sepi
Berhubung saat itu musim panas, kesan berikutnya adalah Korea punya dua matahari. haha. Gila aja, saat ngelirik penunjuk cuaca di ponsel, menunjukkan angka 38 derajat Celcius. Mantab, mau nyeplok telur mata sapi tinggal tempelin ke jidat, mateng dah..
Gimhae, kota tujuanku terletak di bagian selatan negri ini. artinya, dari bandara Incheon ke sana bisa disebut sebagai perjalanan dari (hampir) ujung ke ujung Korea. Awalnya sih ngebayanginnya bakal ngeliat pemandangan kaya di pilm2 Korea, rumah2 tradisional, orang2 berlalu lalang, dll.. tapi kenyataannya beda banget, sepanjang perjalanan sejauh mata memandang cuma gunung, gunung, lalu gunung, dan gunung, ditambah air. hahaha.Setelah liat keterangan tentang negri ini sih akhirnya mangguk2 juga. Korea memang sekitar 70% daratannya berupa gunung (eh, daratan kok berupa gunung, bener ora kuwi. piye sih,  mbuh). Itulah mengapa nama kota2 di Korea banyak yang menggunakan kata san (gunung), seperti Busan, Ulsan, Ansan, Osan, Yangsan, Noksan, dll.



Kiri kanan, kulihat saja, banyak gunung dan sungai. Jarang banget ngeliat dataran yang membentang luas, apalagi lapangan kosong, atau sawah-sawah. Pasti tiap beberapa ratus meter ada gundukan hijau. ha3. Di perjalanan juga beberapa kali melewati terowongan. Weh, kebayang kan susahnya Korea jaman dulu saat harus melubangi gunung2 ini untuk dijadikan jalan? Hebatnya sih selama (akhirnya) tinggal di sini jarang banget ada berita tentang longsor. Salut..

Anseong. Tempat singgah sementara sebelum berangkat ke Gimhae. Dikelilingi gunung dan hutan..
Nah, ketika memasuki daerah pemukiman, kesan berikutnya, Korea adalah negri sejuta apartemen. Rumah2 tempat tinggal biasa sangat jarang terlihat. Kebanyakan adalah apartemen dan ruko/tempat usaha. Setelah ngelirik info, memang ternyata di Korea harga tanah dan rumah sangat mahal sehingga rata2 orang Korea memilih tinggal di apartemen. Orang2 yang memiliki rumah pribadi walau sederhana biasanya termasuk yang berharta banyak :D Jadi wajar saja kalau ngeliat om2 yang ternyata masih lajang dan tinggal sendiri di apartemen, belum mampu beli rumah sehingga belum menarik minat perempuan untuk dinikahi tuh. hahaha.

apartemen di daerah Daegu

Next time nyambung lagi nyeritain "kotaku" ah, Gimhae-Busan tercinta :D

4 comments:

argo said...

piye kabar'e nJangkang, dab? hahaha

Syam said...

nJangkang tetap nJengking, boy. hehe

Unknown said...

pusat pengobatan herbal
obat Herbal

Syam said...

Semoga laris..